Sabtu, 21 Agustus 2010

Bersyukur, menenangkan hati menambah rizki

Sebagai seorang muslim, bersyukur merupakan satu hal yang sebaiknya selalu kita lakukan. Sekecil apapun yang kita dapatkan, selayaknya kita syukuri. Minimal dengan mengucapkan Alhamdulillah...

Sungguh, apapun yang melekat di badan kita, apapun yang kita miliki, apapun yang kita lakukan, tidak akan pernah terjadi kecuali dengan seizin-Nya. Bila kita mengingat bagaimana keadaan saudara-saudara kita yang sekarang terbaring di rumah sakit. Mereka tidak bisa melakukan apa yang benar-benar mereka inginkan. Bahkan ada di antara mereka yang untuk bernafas saja harus menggunakan alat bantu pernafasan. Belum lagi oksigen yang mereka pakai, dihitung per tabung. Bandingkan dengan kita yang (Alhamdulillah..) masih diberi kesehatan yang sangat berharga ini. Masih bisa menghirup oksigen sebebas-bebasnya. Sungguh, kita selayaknya mengingat Dzat yang maha Pemurah, Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Selasa, 17 Agustus 2010

Diriku beginilah

Rasanya saya sudah lama hidup di dunia ini. Menapaki banyak jalan kehidupan yang membuat hati ini pun berubah-ubah. Bergejolak sesuai dengan keadaan sekitarku. Ketika aku masih kecil, apa yang paling kuinginkan adalah perhatian dari orang tua. Tapi karena aku anak pertama dari ketiga bersaudara, perhatian itu hanya aku dapatkan sampai aku berumur 5 tahun. Setelah adik pertamaku lahir, hilanglah sudah perhatian itu. Apalagi setelah adik keduaku lahir kira-kira juga 5 tahun setelahnya. Jadilah aku anak tertua.

Hidupku ku lalui dengan penuh tekanan. Yang sebenarnya tekanan itu adalah datang dari diriku sendiri. Sedari kecil aku selalu berkhayal tentang sesuatu yang membuatku di perhatikan. Selalu seperti itu. Meskipun aku ini pemalu, namun aku selalu ingin diperhatikan. "Diperhatikan", itulah yang selalu ada dalam khayalanku. Bahkan saat ini pun, otakku masih saja suka berkhayal seperti itu. Bahkan sekarang justru lebih ekstrim.

Kemarin-kemarin, aku pernah berkhayal menjadi seorang Hacker yang menghancurkan sistem komunikasi Amrik sana. Begitu bangganya aku, karena dengan begitu rakyat Palestina pasti bisa lebih tenang. Dan dunia bisa lebih damai. Yah, begitulah aku, selalu berkhayal. Dan aku juga selalu menjadi orang peka sekali terhadap apa yang dirasakan orang lain. Aku gampang sekali tersentuh ketika seseorang mengalami kesulitan. Tetapi terkadang disaat yang sama perasaanku itu sama sekali tidak terhubung dengan ragaku. Jadilah, perasaan saja yang menangis, tapi ragaku sama sekali tidak peduli dengan hal itu. Heh.. aneh deh rasanya..

Aku tau cerita ini memang tidak jelas. Aku memang tidak sedang bercerita. Aku hanya sedang memuntahkan apa yang ingin kukatakan kepada seseorang. Sebenarnya sih bukan seseorang tapi lebih tepatnya orang-orang. Aku selalu ingin orang-orang tau bahwa aku ini ada. Dan aku ada diantara mereka, ditengah-tengah mereka bahkan aku ada ketika mereka merasa kesusahan. Tentu saja bukan maksudnya menyamakan diriku dengan tuhan. Hanya saja aku merasa, aku selalu bisa merasakan penderitaan seseorang. Meskipun aku tidak mengenal orang itu sama sekali. Dan aku juga benci kepada ragaku ini, yang selalu terkalahkan oleh rasa malu sehingga hatiku yang peka ini tidak bisa menampakkan kebaikannya kepada orang-orang yang menderita itu. Aku terkadang benci sekali dengan diriku ini.

Tetapi aku selalu bangga pada diriku ketika aku ada dalam khayalku. Aku ini aneh. Dan aku selalu benci dengan diriku yang selalu bangga dalam khayalku. Karena seringkali dalam khayal busukku itu akulah penguasa. Aku bisa melakukan segalanya. Seperti di film-film, aku layaknya jagoan yang awalnya kalah terlebih dahulu tetapi kemudian ketika titik darah terakhirku hampir menetes ke bumi, aku bangkit seolah mendapat kekuatan dari seluruh alam ini. Aku begitu kekanak-kanakan. Heh... cape deh..